Universitas Terbuka (UT) kembali membuktikan kualitas pendidikannya melalui prestasi membanggakan yang ditorehkan dua mahasiswanya dari Program Studi Manajemen, FEB UT – UT Malang. Mereka adalah Ruhil Arwani Husein dan Muhammad Zakariya Al Anshori, keduanya berhasil meraih prestasi gemilang pada ajang Lomba Essay Nasional: Faperta Fair 8 yang diselenggarakan oleh Sentosa Foundation di Universitas Nahdlatul Wathan Mataram pada 11 Oktober 2025.
Dalam kompetisi tersebut, Zakariya dan Ruhil bersama dengan Firdhan Dicho Andy Nouval dari prodi Biologi FST, berhasil membawa pulang tiga penghargaan, yaitu
- Juara 1 (Gold Medal) Subtema Teknologi,
- Favorite Poster Subtema Teknologi, dan
- Juara Umum 3 Faperta Fair 8.
Pencapaian ini menjadi bukti bahwa mahasiswa UT mampu bersaing dan unggul di kancah nasional, sekaligus menunjukkan bahwa fleksibilitas pembelajaran jarak jauh bukanlah hambatan untuk berprestasi.
Ruhil Arwani Husein adalah putra sulung dari pasangan Fatkurohman dan Atik Wahyuni. Di tengah kesibukannya bertani dan merintis usaha ekspor arang, Ruhil tetap konsisten menempuh studi di UT dengan tekad yang kuat. Ia memilih UT karena sistem pembelajarannya yang fleksibel, mendorong kemandirian, dan membentuk kedisiplinan diri. Bagi Ruhil, kunci utama menjaga keseimbangan antara kuliah dan pekerjaan adalah manajemen waktu. Ia menyusun jadwal harian, mingguan, hingga bulanan, lengkap dengan target capaian baik untuk akademik maupun aktivitas usaha.
Sementara itu, Muhammad Zakariya Al Anshori merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Waluyo dan Fika Adrianawati. Di luar aktivitas akademik, Zakariya aktif mengajar les dan menjalankan usaha online shop. Seperti Ruhil, ia memilih UT karena fleksibilitas waktu yang ditawarkan, sehingga tetap bisa produktif tanpa mengesampingkan studi. Untuk menjaga performa akademik, Zakariya menerapkan strategi disiplin waktu yang fleksibel, dengan fokus pada penyelesaian tugas, tidak menunda pekerjaan, dan memaksimalkan penggunaan Tuton (Tutorial Online) untuk memperdalam pemahaman materi. Baginya, setiap tugas kuliah adalah peluang untuk mencetak prestasi.
Baik Ruhil maupun Zakariya sepakat bahwa fleksibilitas UT bukan alasan untuk menunda tanggung jawab, melainkan peluang untuk berkembang. Ruhil menekankan bahwa kuliah di UT tidak boleh dianggap sekadar formalitas hanya karena banyak mahasiswanya bekerja. “Memang melelahkan bekerja dan berkuliah di waktu bersamaan, namun ini adalah pilihan kita—dan kita harus bertanggung jawab atas pilihan itu, apapun risikonya. Kebahagiaan adalah milik pemenang, dan pemenang adalah mereka yang tidak pernah lelah belajar,” ucap Ruhil.
Zakariya pun menyampaikan semangat yang sama. “Jangan jadikan fleksibilitas sebagai alasan untuk menunda, tetapi sebagai kekuatan untuk mengatur hidup lebih baik dan meraih prestasi,” ucapnya.

Keduanya juga menyampaikan apresiasi kepada UT atas kesempatan dan sistem pembelajaran yang mendukung. “Terima kasih Universitas Terbuka, aku bangga menjadi mahasiswa Universitas Terbuka,” ucap Zakariya, mewakili semangat mereka berdua.
Prestasi Ruhil dan Zakariya menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa UT tidak hanya mampu bersaing secara akademik, tetapi juga mampu mencetak prestasi bergengsi di tingkat nasional. Ketekunan, kreativitas, dan komitmen mereka diharapkan menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus berkarya, berkompetisi, dan membawa nama Universitas Terbuka (UT) semakin dikenal luas.




