Perdana, Fakultas Ekonomi-Universitas Terbuka mengadakan Studium Generale bertajuk “Green Economy for Sustainable Business”

Studium generale merupakan sebuah kuliah umum yang dilangsungkan secara akademik di lingkup pendidikan tinggi.
Pada hari Sabtu, 02 Juli 2022, Fakultas Ekonomi – Universitas Terbuka menggelar acara studium generale dengan tema “Green Economy for Sustainable Business” yang dilakukan secara daring melalui Zoom dan live melalui channel youtube UT TV. Acara tersebut dipandu oleh Anisa Zahwa Akbara, S.Pd, M.Sc (Host) dan Bayu Oktara, S.Ikom (Moderator) serta menghadirkan narasumber yang inspiratif yaitu, Angela Herliani Tanoesoedibjo, B.A, M.Com S.E, M.Si (Founder and Chairman MarkPlus,Inc), Prof. Dr. H. Sapta Nirwandar, S.E., DESS (Chairman Indonesia Tourism Forum (ITF)).

Dr. Meirani Harsasi, S.E., M.Si. (Dekan Fakultas Ekonomi) membuka acara studium generale dengan mebawakan sambutan hangat. Dalam sambutanya, beliau berharap mahasiswa memiliki wawasan yang lebih luas mengenai satu
topik bidang ilmu, tidak hanya memahami dari satu teori saja namun juga memiliki wawasan bagaimana penerapannya dalam dunia nyata berdasarkan hasil diskusi dan sharing bersama pakar yang memilki segudang ilmu di bidangnya.

Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya green economy atau ekonomi hijau bagi keberlanjutan bisnis dan lingkungan. Akhir kata, beliau berharap hasil dari studium generale ini dapat mengakselerasi sinergi bersama pemahaman dari sisi teori dan penerapannya agar dapat terwujud pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

Sementara itu, Angela Herliani Tanoesoedibjo, B.A, M.Com menuturkan bahwa tema studium generale kali ini
adalah sebuah topik yang populer untuk dibicarakan namun tidak mudah untuk dijalankan, untuk mewujudkannya diperlukan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan serta seluruh masyarakat luas. Green economy menjawab isu global terkait iklim, lingkungan, dan sumber daya, yang berkembang menjadi konsep ekonomi inklusif dan berkelanjutan. Dalam hal ini yang menjadi tantangan adalah dapat mengukur manfaat ekonomi dari agenda berkelanjutan, “prevention is better than the cure”. Penerapan green economy merupakan salah satu langkah preventif dalam menghadapi potensi bencana yang ada, sehingga ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk bisa mewujudkan agenda berkelanjutan dengan menguatkan ekosistem green economy. Beliau berharap bahwa pemahaman terhadap green economy tidak hanya sebatas teori, namun bisa menantang generasi muda untuk berinovasi dengan ide yang konkret, yang bisa memperkuat ekosistem green economy di Indonesia.

Melalui paparannya yang sangat komprehensif, our tom cruise of the day Dr. Hermawan Kartajaya, S.E, M.Si
menjelaskan bahwa istilah sustainable development berganti nama menjadi SDGs (Sustainable Development Goals). Banyak yang tidak sadar bahwa, “Development tidak akan sustainable jika pemerintah tidak menjadi pemerhati environtment, karena environment itu akan merusak development”. Oleh karena itu, pemerintah sebagai penggerak ekosistem mengarahkan sektorswasta agar bisa mendukung SDGs 2030. Pada intinya, “If you want to be called as a great citizens you have to support SDGs. Kalau anda, youth citizens tidak peduli terhadap green economy, we are not proud of you”.

Di sisi lain, pemilik istilah menggilitik yaitu “KOLONIAL” kolot tapi berjiwa millennial Prof. Dr. H. Sapta Nirwandar, S.E., DESS, menurut beliau green tourism atau green economy atau SGDs harus berada dalam satu lingkup. Beliau juga memberikan insight bahwa sapta helix berkaitan dengan perubahan kebiasaan kita. Jadi, yang harus disadari adalah behavior changes lalu kemudian ada pembuat kebijakan dari pemerintah yang terintegrasi, kemudian kesadaran mengenai kesehatan atau health and safety protocol, dan berkaitan dengan edukasi, komunikasi juga marketing. Lalu
kemudian, ada investasi IT dan R&D, new business product and services, dan tidak kalah menarik mengenai share responsibilities diantara pemangku kepentingan.

Setelah sesi pemaparan materi dan sesi Q&A selesai dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat kepada para narasumber dan diakhiri dengan sesi foto bersama. Ringkasnya, pergerakan pertumbuhan Indonesia yang sesungguhnya bukan hanya teknolgi atau satu sektor tertentu tetapi dinamisme dan kreatifitas kita semua sebagai masyarakat Indonesia, serta kekayaan akan warisan budaya sebagai potensi yang kita miliki. Sebagai sebuah bangsa yang masuk ke dalam
negara ekonomi utama atau G20, yang bisa dimanfaatkan sebagai peluang demi kemajuan ekonomi dan sosial yang merata. Dengan adanya berbagai pilihan, langkah yang kita ambil tidak meninggalkan beban sosial atau beban lingkungan hidup di masa yang akan datang. HKN